--> Skip to main content

Bu, Sudahi Penderitaan Keluargamu

Bu, Sudahi Penderitaan Keluargamu - Pagi ini, entah sudah berapa puluh kali saya mendapati kabar dari keluarga – keluarga yang pernah saya dampingi. Baik kabar suka maupun kabar duka yang silih berganti. Mungkin tidak hanya saya saja yang  merasakan hal yang demikian.

Hingga pagi ini saya tergerak untuk menuliskan sekelumit kisah dari rangkuman beberapa tahun bergelut dalam dunia pendampingan untuk sekedar berbagi pengalaman yang mungkin dirasakan juga oleh ribuan pekerja yang senasib dengan saya.

Bak sebuah awalan sinetron atau FTV, ada tulisan pembuka dimana tulisan itu selalu menyebutkan bahwa alur Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Nah poin pentingnya adalah kesamaan nama tokoh, kejadian, dan unsur kesengajaan. Rangkuman ini saya berusaha untuk tidak menyebutkan nama. Untuk sesamaan kejadian, sangat mungkin banyak terjadi dan kesengajaan untuk saya ceritakan adalah untuk pembelajaran kita bersama.

Bu, Sudahi Penderitaan Keluargamu

Bu, Sudahi Penderitaan Keluargamu
Ilustrasi : Anak yang sedang tertekan karena menderita sumber : google

Judul catatan saya kali ini memang menurut saya kalimat yang sudah cukup mengakomodir, kenapa ? Karena mayoritas kisah keluarga yang saya ambil intisarinya memiliki tumpuan pada seorang Ibu. Terkhusus bagi ibu – ibu yang menerima bantuan di program yang saya dan kawan – kawan senasib saya dampingi.

Pola Penderitaan Yang Sama

Bagaimana tidak, 8 tahun lebih dalam perjalanan pendampingan saya hampir menemukan semacam pola dalam perjalanan keluarga – keluarga prasejahtera (miskin). Yang ada hubungannya dengan semacam penderitaan yang sering dikabarkan kepada saya.

Sudah lebih 10 kali mungkin saya berpindah – pindah lokasi dampingan, dimana hal tersebut memang semata – mata terkait kebutuhan akan rotasi pendampingan. Dan anehnya saya dalam setiap tempat yang baru, pola yang saya dapati hampir mirip bahkan sama kaitannya dengan penderitaan keluarga tersebut.

Yang tidak habis pikir adalah dimana ketika terakhir kali saya mendapati kabar bahwa salah satu anggota rumah tangga yang saya dampingi terlibat sebuah insiden kecelakaan. Saya sendiri sebenarnya sudah tidak kaget. 

Mengingat ketika tahu kondisi keluarga yang bersangkutan ada hal yang menurut saya menjadi salah satu penyebab hal tersebut. Sakit memang kalau diungkapkan tetapi ini akan jadi pelajaran berharga kedepan bagi keluarga kita semua.

Hubungannya apa dan bagaimana sebenarnya ?  mungkin banyak yang belum nyambung...  Jadi begini, ketika saya mencoba memahami kenapa ada hal – hal yang membuat keluarga yang saya dampingi memiliki “ke-apesan” menurut bahasa mereka. Mereka tidak sadar bahwa apes yang mereka alami karena perbuatan mereka sendiri.

Rata – rata keapesan itu banyak terjadi dalam keluarga yang notabene latar belakang mereka bukan lagi keluarga yang miskin atau layak dapat bantuan. Perlu diingat, bantuan yang diberikan ada niat ingsun (niatan) diberikan kepada mereka yang benar – benar miskin.

Gambaran mudahnya adalah ketika anda ingin bersedekah, sebelum menunaikan sedekah tersebut pastinya anda sudah berniatan dalam hati. Bahwa uang atau barang ini saya akan sedekahkan pada sifulan. Lalu berangkatlah anda ketempat sifulan. Diperjalanan, anda dibegal oleh sebut saja “orang kuat” (mungkin umumnya disebut preman).

Namun karena anda kalah kuat dengan orang tersebut, uang atau barang yang seharusnya anda antarkan sampai ke sifulan, tidak jadi karena telah direbut "orang kuat" tadi. Keyakinan saya, mayoritas anda akan mengumpat, dongkol, bahkan berdo’a dalam hati.

Kalau yang kesadarannya tinggi, mungkin akan berdo’a yang baik dan memaafkan. Namun bagi yang selevel saya mungkin masih mengumpat dengan sumpah serapah. Tak terbayang sumpah serapah kepada preman tadi seperti apa, mungkin ada yang mendoakan jatuhlah, ketabrak truk lah, bahkan mungkin sampai mendoakan yang parah – parah.

Nah, anda disini sebagai orang yang ingin memberikan sedekah diibaratkan pemerintah, sifulan orang miskin tadi adalah masyarakat yang berhak dan layak serta akan dibantu dengan sedekah / bansos. Sedangkan orang yang merebut sedekah tadi itu gambaran penerima bansos yang tidak layak baik karena inklusi error, sudah mampu, atau nasibnya sudah mengalami perbaikan namun enggan melepaskan bantuan tersebut.

Lantas apa pola penderitaan yang banyak dikabarkan pada saya ? Polanya lebih sering terjadi kepada mereka yang latar belakangnya tidak layak tadi, mulai dari :

- Anggota keluarga ataupun yang bersangkutan mengalami kecelakaan,

- Perekonomian malah tambah merosot,

- Usaha bangkrut,

- Kerja jauh keluar kota bahkan keluar negeri malah sepulangnya keluarga broken home bahkan sampai perceraian,

- Ditipu orang,

- Kehilangan harta benda yang nilainya lebih jauh dari nilai bantuan yang ia dapatkan,

- Bahkan kehidupan anaknya yang sudah berkeluarga lebih merosot dari kehidupan orang tuanya,

Ada tulisan saya di FP facebook saya, pernah saya tulis untuk pengingat saya pribadi yang judulnya “Do’a Ibu Miskin Yang Terkabulkan”.


Benang Merah Antara Keduanya

Mungkin akan ada beberapa ibu – ibu yang membaca tulisan ini, dimana fungsi dan peran seorang ibu dalam keluarga sangatlah penting dan berpengaruh luar biasa. Kata – kata pamungkas dalam program dampingan ini adalah “saya boleh miskin, tapi tidak dengan anak saya”.

Hal ini bermaksud agar ibu – ibu tadi sebelum menerima bantuan pemerintah kondisinya boleh saja miskin. Namun seiring mendapatkan bantuan serta pendampingan, banyaklah belajar kepada pendamping bagaimana cara saya merubah pola pikir, agar tidak terus – terusan miskin dan bersemangat untuk meningkatkan kondisi perekonomian keluarga.

Bagi yang sudah mampu, jangan sampai anda yang mendapat sumpah serapah dari do’a – do’a keluarga yang benar – benar layak dan miskin yang butuh support dana dan bantuan pendampingan. Karena nilai bantuan yang anda terima tidak akan sesuai dengan derita yang akan anda alami ketika Tuhan mengabulkan do’a – do’a mereka.

Belum lagi yang perlu anda ingat bahwa, boleh saja anda tidak jujur kepada petugas dengan mengatakan bahwa anda tidak memiliki apa – apa, karena anda mungkin belum sadar akibat ketidak jujuran anda banyak hal yang terjadi diluar sana sangat luar biasa.

Mulai dari banyak kasus keluarga miskin yang membuang bayinya ditempat sampah, di kolong jembatan, di belakang terminal sampai tega terkadang membunuh bayi yang tak berdosa. Belum lagi banyak anak jalanan yang bisa saja ketika mereka tidak ada yang memperdulikan, mereka berbuat kejahatan di jalan dan suatu saat hasil perbuatan jahat mereka menimpa anda atau keluarga anda.

Naudzubillah, jangan sampai terjadi kalau bisa.

Bahkan yang dikhawatirkan dan sangat mungkin terjadi adalah kumpulan do’a – do’a anak terlantar, bayi yang terbuang dahulu, keluarga miskin yang benar – benar miskin ketika meminta keadilan kepada Tuhan. Lantas Tuhan kabulkan dengan banyaknya terjadi bencana alam. Seperti yang di prediksikan BMKG.

Jadi sebelum hal yang lebih besar terjadi Bu, Sudahi Penderitaan Keluargamu dan mungkin penderitaan keluarga miskin yang seharusnya bantuan itu sampai pada mereka. Ibu – ibu yang sudah Tuhan kasih kemampuan, baik mampu secara materil, usaha, pemikiran, pendidikan.

Lepaskan bantuan yang seharusnya ditujukan sesuai niat ingsung pemerintah kepada orang yang benar – benar miskin agar sampai kepada yang berhak. Agar mereka tidak terus – terusan bersumpah serapah dan berdo’a yang negatif demi kebaikan bangsa kita sendiri.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar